Laman

Minggu, 06 Mei 2012

HIDUP BERSAMA DI JALAN ALLOH SWT


Islam mengajarkan umatnya untuk saling menasihati, tolong menolong dalam kebaikan, menebar kasih sayang dan silaturahmi. Islam sangat mengecam segala bentuk kekerasan yang dapat menimbulkan korban jiwa, apalagi mereka yang jadi korban adalah orang-orang tidak berdosa.
Aksi teror yang dilakukan sebagian kecil kelompok Islam di negeri Indonesia dengan mengatasnamakan jihad fî sabîlillâh (perang di jalan Allah) tidak berangkat dari ajaran Islam yang benar. Demikian ini karena, jihad bukanlah perang melawan negeri sendiri, jihad bukanlah membunuh orang-orang tak berdosa, jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ajaran Islam, jihad adalah hidup bersama di jalan Allah Swt.
Jihad bukan hanya perang angkat senjata secara fisik, jihad adalah perang melawan hawa nafsu. Karena sesungguhnya hawa nafsu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali yang diberi rahmat oleh Allah Swt. Rasulallah Saw bersabda: “Berjihadlah menghadapi nafsumu sebagaimana kamu menghadapi musuhmu”. Suatu ketika beliau pulang dari medan pertempuran, lalu beliau bersabda: ”Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu”.
Begitu banyak kejahatan terjadi oleh sebab manusia tidak dapat menahan dan melawan hawa nafsunya sendiri. Dan bukan tidak mungkin, para teroris adalah orang-orang yang tidak dapat menahan hawa nafsunya sendiri. Lalu disinilah pentingnya mengetahui bahwa, perang melawan hawa nafsu merupakan bentuk jihad yang sesungguhnya.
Syaitan dan hawa nafsu selalu mengajak kepada yang ekstrim dan berlebihan. Padahal, sebaik-baik perkara adalah yang ditengah atau moderat. Jihad sebagai sebuah ajaran Islam yang sangat mulia hendaklah tidak dikotori dengan aksi-aksi jihad yang melampaui batas, membunuh siapa saja (termasuk umat Islam) dengan bom bunuh diri.
Terakhir, wahai kalian ”Mujahid dan Dansus 88” yang mengharapkan ibu pertiwi tersenyum, berhentilah saling membunuh, dan mari kita bersama-sama hidup dan beribadah di jalan Allah Swt..!!!

Kamis, 03 Mei 2012


RIYADHOH DZIKIR

RIYADHOH MENURUT BAHASA ARTINYA LATIHAN ATAU OLAHRAGA DAN MENURUT ISTILAH YAITU MELATIH DIRI BERUSAHA AGAR SELALU INGAT KEPADA ALLAH MELALUI DZIKIR, BAIK DENGAN DZIKIR LISAN WALAUPUN QALB (HATI) SEHINGGA FIKIRAN KITA AKAN SELALU MENGINGAT-NYA



Dzikir Kolbu.  Pada tahap ini yang berdzikir adalah hati, atau kolbu.  Supaya kolbu lebih “hidup” dalam arti dapat merasakan Kehadiran Illah, Robb.
Dalam menjalani Jalan yang Suci ini, kedudukan dzikir kolbu adalah sangat  strategis karena pada tahap inilah kolbu benar-benar dilatih dan dipersiapkan untuk menerima Pancaran nur ilahi Dan tentu saja untuk dipantulkan kembali, atas ijin Allah Ta’ala. Di awali dengan dzikir lisan, dzikir nafas,  baru kemudian kita  memasuki dzikir Kolbu. Ambil posisi yang nyaman, duduk atau tiduran juga boleh, diusahakan dalam melaksanakan nya untuk tidak bergerak sama sekali.
Kita dzikir lisan, kemudian Dzikir Nafas, perlahan-lahan bacaan nya kita ucapkan dalam hati seiring dengan irama nafas kita, jangan dipercepat ataupun diperlambat. Tidak ada batasan jumlah atau waktunya. Sampai Kolbu merasakan sesuatu yang sangat berbeda.

MENSYUKURI NIKMAT

Dengan menyebut nama-MU ya Allah, aku berlindung kepada-Mu.jauhkan aku dr segala sesuatu yg dpt menyebabkan Engkau menjauh dariku. Limpahkanlah Sholawat dan salam kepada utusanmu, nabi Muhammad SAW.
Ya Rabb, maafkan aku yg kadang lalai dalam mengingatMu, terlalu sibuk dg urusan duniaku, padahal Engkau tidak lengah dalam mengawasi hambaMu, Engkau tidak pernah lupa memberikan rizki kepada seluruh mahluk yg Kau ciptakan, sekalipun diantara kami banyak yg durhaka kepadaMU, tapi Engkau tetap memberikan Rizki tanpa pilih kasih sekalipun selalu berbuat nista.
Ya Rabb, Engkaulah yg berhak atas diriku, karena itu kupasrahkan segala urusanku kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku, maafkan semua kekhilafanku dan karuniakan kepadaku kebaikan dunia dan Akhirat

AL - QOMARIAH BANI HUSEN CIKOLAM: Jangan Tertipu dengan Kenikmatan Dunia!Ketahuilah,...

AL - QOMARIAH BANI HUSEN CIKOLAM: Jangan Tertipu dengan Kenikmatan Dunia!Ketahuilah,...: Jangan Tertipu dengan Kenikmatan Dunia! Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan...

Jangan Tertipu dengan Kenikmatan Dunia!
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (TQS al-Hadid [57]: 20).

Kesenangan dunia kadang melenakan. Tak sedikit manusia yang terlena olehnya. Seolah dunia adalah segala-galanya sehingga seluruh hidupnya dicurahkan untuk meraihnya. Untuk itu, mereka pun lupa dan lalai mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Padahal, suatu saat mereka harus berpisah dengan kehidupan dunia. Segala kenikmatan dan kesenangan dunia pun berakhir. Sementara mereka tak memiliki bekal untuk akhirat. Ketika itu terjadi, yang muncul adalah penyesalan tak berujung.
Agar tiada ada penyesalan, maka kehidupan dunia harus dipahami dengan benar. Ayat ini memberikan penjelasan yang benar mengenai hakikat kehidupan dunia.

Hanya Permainan dan Perhiasan
Allah SWT berfirman: I’lamû annamâ al-hayâh al-dun-yâ la’ib wa lahw wa zînah (ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, dan perhiasan). Kandungan ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya. Dalam ayat sebelumnya diberitakan mengenai adanya dua golongan manusia. Pertama, orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Dan kedua, orang-orang yang ingkar dan mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka ini dipastikan menjadi penghuni neraka.
Kemudian dalam ayat ini dijelaskan tentang hakikat kehidupan dunia. Disebutkan bahwa kehidupan dunia tak lebih sebagai la’ib[un] wa lahw[un] wa zînat[un] (permainan, sesuatu yang melalaikan, dan perhiasan).
Menurut al-Biqai, al-la’ib berarti ta’ib lâ tsamrah lahu (keletihan yang tidak memberikan hasil). Sesuatu yang batil seperti mainan anak-anak. Al-Alusi juga mengatakan, ungkapan tersebut untuk menggambarkan bahwa dunia merupakan sesuatu yang remeh. Sesuatu yang tidak akan membuat tertarik orang-orang berakal, apalagi merasa tenteram. Sebab, dunia adalah permainan yang tidak menghasilkan sesuatu kecuali keletihan.
Adapun al-lahw, menurut al-Biqa’i, adalah sesuatu yang menyenangkan manusia, hingga dapat melalaikan dan memalingkan dari perkara yang berguna, kemudian berakhir seperti permainan anak-anak muda.
Sedangkan zînah adalah sesuatu yang menyenangkan mata dan jiwa seperti halnya perhiasan perempuan. Menurut Abdurrahman al-Sa’di, perhiasan tersebut menghiasi pakaian, makanan, minuman, kendaraan, tempat tinggal, istana, dan kehormatan. Allah SWT berfirman: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang (TQS Ali Imran [3]: 14).
Di samping itu juga: wa tafâkhur baynakum (dan bermegah-megah antara kamu). Kata al-tafâkhur berarti al-takabbur, yakni saling berlomba-lomba, memamerkan, dan membanggakan diri dengan harta, nasab, kemuliaan, dan kedudukan mereka. Rasulullah SAW bersabda: Empat perkara pada umatku yang termasuk perkara jahiliyyah yang tidak mereka tinggalkan adalah berbangga-bangga dalam ahsâb (kemuliaan leluhur)(HR Muslim dan Ahmad).
Disebutkan pula: wa takâtsur fî al-amwâl wa al-awlâd (serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak). Artinya, masing-masing orang menginginkan lebih banyak daripada yang lain dalam harta dan anak-anak. Demikian Abdurrahman al-Sa’di dalam tafsirnya.
Menurut sebagian mufassir, sebagaimana dikutip Ibnu al-Jauzi dalam Zâd al-Masîr, apa yang disebutkan dalam ayat ini adalah keadaan orang kafir terhadap kehidupan dunia.

Akan Lenyap Tak Bersisa
Setelah tentang kehidupan dunia, kemudian diberitakan bahwa semua kesenangan dan kebanggaan mereka itu akan lenyap tak bersisa. Realitas ini digambarkan dalam kalimat selanjutnya: Kamatsali ghayts a’jaba al-kuffâr nabâtuhu (seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani). Menurut al-Razi, kata al-ghayts berarti al-mathar (hujan). Ini sebagaimana disebutkan dalam QS al-Kahfi [18]: 45. Sedangkan yang dimaksud dengan al-kuffâr di sini, ada dua pendapat. Pertama, bermakna al-zurrâ’ (petani). Para petani itu terpesona dengan tanaman-tanaman yang tumbuh subur akibat hujan lebat. Menurut al-Azahari, orang Arab menyebut petani sebagai al-kâfir karena menutup benih yang ditanam dalam tanah. Kedua, orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT. Mereka jauh lebih terpesona terhadap keindahan dunia dan isinya dibandingkan kaum Mukmin. Penyebabnya, mereka tidak melihat kebahagiaan lain selain kehidupan dunia.
Tanaman yang terlihat subur, hijau, dan memesona tersebut kemudian berubah. Allah SWT berfirman: tsumma yahîju fatarâhu mushfarr[an] (kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning). Katayahîju berarti yajiffu wa yaybasu (kering) setelah berwarna. Sedangkan fatarâhu mushfarr[an] menggambarkan bahwa tanaman tersebut telah berubah; yang sebelumnya hijau dan segar menjadi kuning dan layu. Demikian penjelasan al-Syaukani dalam tafsirnya Fat-h al-Qadîr.
Bahkan lebih dari itu: tsumma yakûnu khuthâm[an] (kemudian menjadi hancur). Al-Syaukani memaknai frase ini sebagai futât[an] hasyîm[an] mutakassir[an] mutahathim[an] (hancur,  remuk, dan berkeping-keping). Dengan demikian, kehidupan dunia diumpamakan seperti tanaman yang memesona orang-orang yang melihatnya karena warnanya yang hijau dan amat menyenangkan. Namun tak lama kemudian hancur seolah-olah tidak pernah ada.

Kehidupan Akhirat
Setelah diingatkan tentang hakikat kehidupan dunia, kemudian dijelaskan mengenai keadaan di akhirat. Di akhirat kelak hanya ada dua keadaan. Pertama, azab yang pedih. Allah SWT berfirman: Wa fî al-âkhirah ‘adzâb syadîd (dan di akhirat [nanti] ada adzab yang keras). Azab yang pedih tersebut ditimpakan kepada orang-orang yang mengingkari Allah SWT dan ayat-ayat-Nya. Juga orang-orang yang tertipu dengan gemerlap dunia dan melupakan akhirat.
Dan kedua, ampunan dan ridha-Nya. Allah SWT berfirman: wa maghafirah minal-Lâh wa ridhwân (dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya). Ampunan dan ridha Allah SWT itu diberikan kepada para walinya danahl al-thâ’atihi (pelaku ketaatan kepada-Nya).  Hal ini juga dtegaskan dalam banyak ayat, seperti QS al-Mulk [67]: 12.
Di akhir ayat ini kembali ditegaskan: wa mâ al-hayâh al-dun-yâ illâ matâ’ al-ghurûr (dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu). Dalam kehidupan kehidupan dunia memang terdapat kesenangan dan kenikmatan. Namun semua itu merupakan ujian dan cobaan bagi manusia. Jika manusia terpedaya dengan ujian dan cobaan tersebut; habisan-habisan mengejarnya hingga melupakan akhirat, maka dia telah tertipu. Di akhirat mendapatkan siksa yang pedih.
Namun sebaliknya, jika kenikmatan tersebut digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan pahala dan ridha-Nya, maka dia telah sukses menghadapi cobaan tersebut. Said bin Jubair berkata, “Dunia merupakan kesenangan yan menipu apabila melalaikan kamu dari mencari ke akhirat. Ada pun jika mengajakmu kepada mencari ridha Allah dan akhirat, maka itu sebaik-baik wasilah (sarana).”
Inilah pandangan yang benar tentang hakikat kehidupan. Jangan sampai menjadi orang yang tertipu dengan gemerlap dunia, melupakan akhirat! Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, tidak dapat dipisahkan dengan Islam, terutama di daerah Rajadesa , tepatnya di desa rajadesa Kecamatan Rajadesa  merupakan wilayah Para Santri.


Di Rajadesa Tepatnya Di Dusun Jagamulya Cikolam RT 04 RW. 05  telah berdiri Yayasan Al Haidar  Cikolam  dimana di situ terdapat Pendidikan Pondok Pesantren AL qomariah Cikolam Yang di Pimpin Oleh K A MUMU MUALIM
perkembangan lembaga ini semakin sini semakin maju. Apalagi dengan berdirinya Riadoh Dzikir, dimana para orang tua Yang mengikuti Dzikir di lembaga tersebut sering kali berminat Untuk menitipkaan anak anaknya menimba Ilmu . 

Semangat Baru


Pondok Pesantren AL qomariah  memiliki semangat baru untuk memajukan lembaga Pesantren tersebut  Guna memahamkan masyarakat akan Islam dan sekaligus membentengi masyarakat dari serangan budaya dan pemikiran yang tidak islami dari barat. 

Saat ini di tanah wakaf tersebut berdiri pula bangunan Masjid. Untuk melancarkan kegiatan pendidikan dan pembinaan sekarang sudah dibangun 2 ruangan untuk kegiatan belajar mengajar, satu Masjid  untuk shalat dan Kegiatan riadoh Dzikir . 8 ruang pondok putra dan 4 ruang pondok putri. Di samping itu, di kompleks yayasan ini menyediakan pula fasilitas sederhana dan proporsional yang berupa  kantin, dan fasilitas lainnya.

Tekad Al Qomariah


Al Qomariah cikolam  bertekad menjadikan Al qomariah  sebagai pencetak santri yang berkualitas, baik dari segi tsaqafah islamiyah, kehandalan, berwawasan luas, kesungguhan dan konsisten dalam berjuang, serta memiliki ketrampilan. 

Oleh karena itu, santri Al Qomariah Cikolam  dibekali dengan pengajian kitab kuning, di antaranya tafsir, ushul fiqih, ilmu hadits, . Dan ilmu alat membaca kitab kuning, di antaranya nahwu, sharaf. Di samping penyiapan santri untuk menguasai tsaqafah Islam, ponpes juga menyiapkan kemampuan berbahasa Arab . 

Sementara itu dalam membentuk pola pikir santri sebagai pemegang tongkat estafet dari para ulama warasatul anbiya' yang memahami aqidah dan syariah kaffah dalam bingkai khilafah ponpes pun mengemas beberapa program. Di antaranya adalah program MSI (mentoring santri ideal )dan DSI (dauroh santri idaman) serta forum munaqosah usbu'iyah/kajian – diskusi mingguan, muhadlarah.

Sedangkan untuk kemandirian secara ekonomi, santri pun dibekali ketrampilan untuk berternak, bertani, 
Di samping program untuk membina internal, Al Qomariah   juga menjalankan program untuk lingkungan sekitar dengan program sosial kemasyarakatan sebagai upaya membangun kedekatan, kebersamaan dan bukti ponpes merupakan bagian dari masyarakat.